Rabu, 20 September 2023

Muhasabah

Muhasabah
Bukan hal yang mengherankan dalam kehidupan ini banyak orang yang bingung dengan jalan hidupnya. Bahkan orang yang banyak ilmunya pun pernah mengalaminya. Tanpa disadari hal yang demikian merupakan dampak dari ibadah kita utamanya sholat dan sejauh mana interaksi kita dengan Al Qur’an. Hendaknya kita selalu bermuhasabah, mengevaluasi ibadah kita. Dari muai apakah sudah sholat tepat waktu? Apakah sholat kita sudah khusyuk? Apakah di hari-hari kita sudah meluangkan waktu untuk membaca atau menghafal Al Quran? Apakah dari sebagian harta kita sudah rutin di sedekahkan? Adakah kita masih riba? Adakah kita masih ghibah? Apakah hubungan kita dengan tetangga baik? Apakah kita gemar berbicara hal yang tidak bermanfaat? Atau apakah kita masih sering menyia-nyiakan waktu? Saudaraku, disadari atau tidak pada hakikatnya musibah dalam hidup ini adalah karena perilaku kita yang jauh dari tuntunan Nya. Meskipun Allah telah memfirmankannya bahwa manusia itu pasti di uji, namun ujian Allah itu tidak melulu karena dampak ketakwaan kita yang semakin tinggi, bisa jadi ujian itu datang karena dosa yang sadar atau tidak sadar kita lakukan. Hal ini perlu kita sadari dan jangan sampai salah dalam menyimpulkan, karena jika ternyata yang kita kira ujian datang dari ketakwaan kita padahal bukan, dampaknya kita akan terus melakukan dosa dan kelalaian dengan sabar, wah! Bahaya bukan. Itulah yang terkadang menyebabkan ujian yang tak kunjung padam, alias ujian yang setelahnya ujian dan ujian lagi. Padahal Allah telah menjanjikan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, setelah ujian pasti ada solusi. Dan kemudahan itu pasti datangnya bila kita menyadari hakikat dan pembelajaran apa yang Allah turunkan dari ujian yang sedang menimpa kita.
Ujian sejatinya akan terus ada selama jantung masih memompa darah, selama oksigen masih terus menjadi konsimsi kita, begitulah ujian yang akhirnya ada pada nadi yang berhenti berdenyut. Ujian memiliki atau tidak memiliki, ujian susah atau ujian senang, yang ketika kita senang tidak boleh lupan dan ketika sedih tidak boleh berhenti berharap, apalagi berhenti berusaha dan tenggelam dalam tangisan keluh kesah. Karena bukan untuk mengeluh kita hidup. Karena semua sakit ada penawarnya, dan semua ujian pasti ada solusinya. Dan solusi yang terbaik adalah solusi dari Allah yang Ia sampaikan dengan penuh cinta melalui KalamNya Al Qur’an. Itulah kenapa disetiap desir darah yang mengalir ada pesan bahwa kita wajib hukumnya terus berusaha mendekatkan diri dengan sang Khalid. Karena di ujian yang juga tak berhenti, hanya Allah yang tau solusinya, hanya Allah yang bisa mendatangkan penyelesaiannya. Jadi bisa di simpulkan jika kita saja jauh dari Nya dan menolak segala solusi yang Ia tawarkan, maka jangan heran jika ujian hanya akan di susul ujian dan ujian bukan penyelesaian dan kemudahan. Karena Allah dekat jika kita mendekat, Allah jauh karena kita yang menjauh. Bagaimana bisa permasalahan itu selesai jika solusi dan penyelesaian yang Allah berikan tidak pernah kita dengarkan, dan jelaslah bahwa syurga dan kebahagiaan yang Al Quran tawarkan hayalah untuk kaum yang mau mendengar. Kalau hari ini terasa rumit, sempit, dan segalanya sulit, mulailah evaluasi dari kedekatan diri kita kepada Allah. Menyadari bahwa kunci dari segala ujian adalah sabar dan syukur yang hanya bisa di dapat jika kita memiliki iman dan takwa kepada Nya. Agar langkah hidup yang sangat singkat ini dapat menjadi keberuntungan di kehidupan yang abadi kelak.
***

Bersama Al Qur'an

Mulia Bersama Al Qur’an
Siapapun kita berhak untuk mulia
Siapapun kita berhak untuk keluarga yang harmonis
Siapapun kita berhak untuk tenang dalam hidup
Dan semua itu datangnya dari Rahmat Allah
Ustadz Nurul Anwar, Lc.

Memuliakan Al Quran adalah salah satu sebab datangnya rahmat Allah. Karena Ahlu Quran adalah keluarga Allah dan hamba Allah yang spesial. “a’rod’tu ilaa ‘ibaadiyyaa sholihiin” Aku (Allah) telah siapkan untuk hambaku yang sholih. Apa yang Allah siapkan adalah syurga untuk orang-orang yang beriman. Orang yang beriman yaitu yang meyakini hari pembalasan sehingga ia menyadari segala karuniaNya akan dimintai pertanggungjawaban, atas waktu, harta, dan usia yang telah kita habiskan. Orang yang beriman yaitu yang terus memperbaiki diri, agar kelak bumi beserta isinya bersaksi bahwa dirinya merupakan hamba yang tidak pernah berhenti berusaha dalam menggapai ridhoNya. Dan salah satu wujud hamba yang mengharap ridho Rabbnya adalah dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan belajar dalam mengenal Rabbnya dan berinteraksi dengan KalamNya. Dan ia melakukannya hanya karena Allah dan untuk Allah, agar kelak Allah meridhoinya sebagai salah satu penghuni syurga.
Menjadi Ahlu Quran adalah salah satu jalan menuju syurga dengan derajat yang tinggi. Menjadi Ahlu Qur’an yang terus belajar dan mengamalkannya, yang menjadikan orang disekitarnya mengenal islam lewat apa yang dia lakukan karena akhlaknya adalah akhlak Al Qur’an. Memang melakukannya tak semudah mengatakannya, karena akhlak Al Qur’an yang sebenar-benarnya hanya Rosulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang memiliki. Namun kita sebagai umat yang mengaku menjadikan Nabi Salallahu Alaihi Wassalam sebagai teladan sudah seharusnya terus berinteraksi dengan Al Quran dan berusaha melaksanakannya dengan segenap kemampuan kita. Karena hidup mulia dengan Al Qur’an itu adalah bagaimana Al Qur’an “life” dalam hidup kita.
Adab yang paling utama dalam ibadah adalah niat, begitu pula dalam berinteraksi dengan Al Quran. Ikhlaskan niat hanya karena Allah. Bersihkan hati kita dari segala nafsu yaitu kemarahan, benci, dendam, iri, dan penyakit hati lainnya. Boleh juga mengulang-ulang ayat yang menggetarkan hati. Memahami makna dan tafsirnya, juga mentadaburi apa yang dibaca. Focus dan memperhatikan adab dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Mempelajari dan memperhatikan hokum tajwid dan lafadz gharib. Dan yang paling penting adalah menentukan target, tidak perlu cepat-cepat yang penting tepat, pelan, bertahap, dan meningkat.
5M POLA INTERAKSI AL QUR’AN
1.        MELAFADZKAN
Mulailah dengan melafadzkan atau membiasakan tilawah harian. Membiasakan interaksi Al Qur’an dengan setidaknya memiliki target bacaan harian meskipun hanya satu hari satu halaman, satu lembar, lima lembar sampai satu juz dengan bacaan yang benar. Jika masih terbata-bata dalam membaca bisa dengan meminta seseorang menuntun bacaan atau yang biasa disebut metode talaqqi. Jika belum mempunyai ustadz atau teman yang bisa mentalaqqi, bisa dengan mendengarkan murotal Al Qur’an dan mengulang-ulangnya. Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak berinteraksi dengan AlQuran. Karena yang ada sebenarnya hanya ketidak mampuan kita dalam menghadapi nafsu yang menolak untuk berinteraksi dengan Al Quran. Dan ingatlah bahwa dengan mendengarkan bacaan Al Quran saja Allah menurunkan RahmatNya, jadi merugilah kita jika jauh dari Al Qur’an, karena dari Rahmat yang turun itu menyebabkan dosa kita diampuni dan doa diijabah.
2.        MENGHAFALKAN
Tidak ada batasan dalam agama yang mengharuskan penghafal adalah seorang yang berilmu tinggi, keturunan kiyai, atau tidak pernah melakukan maksiat kepada Allah. Karena syarat menghafal adalah cita-cita yang tinggi dan tekat yang tulus, keyakinan yang kuat atas balasan Allah, mau melangkah dan berusaha dengan istiqomah, dan mengikhlaskan segalanya kepada Allah. Tidak semua orang lahir dengan takdir yang sama, tidak semua orang lahir di lingkungan atau orang tua yang memiliki kedudukan mulia lagi berilmu tinggi. Namun demikian itu tidak menghalangi semua orang memiliki hak yang sama untuk mulia dan kesempatan yang sama untuk hidup lebih baik. Yang membedakan hanya sejauh mana ia berusaha untuk merubah kehidupannya, dan sejauh mana ia berusaha memuliakan dirinya. Yang Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S. Ar Ra’ad : 11). Karena kemuliaan dan syurga itu diusahakan bukan ditunggu.
Ibadah itu meluangkan waktu bukan menunggu waktu luang, dan begitu pula dengan menghafal. Jika dirasa waktu padat pasti tidak akan sempat, berikanlah luang untuk menghafal dibeberapa waktu dan disetiap sela diamu isi dengan menghafal. Menghafal adalah mengulang-ulang bacaan, jika sedang jenuh berusahalah abaikan dan teruslah membaca. Ulang bacaan yang akan dihafal 75 kali – 100 kali. Jika harimu sangat padat dengan kerja atau apapun itu, luangkanlah setiap sehabis sholat fardu dengan membaca ayat yang akan dihafal 15 kali, sehingga dalam satu hari terulang 75 kali. Jika dalam mengulang 75 kali masih belum terekam dalam memory, ulanglah lebih banyak lagi. Ingatlah bahwa tidak ada yang sulit, jika belum hafal meskipun banyak mengulang itu hanya butuh waktu lebih, namun bukan berarti sulit. Berikan pemikiran positifmu, karena semua penghafal pasti pernah mengalaminya. Pada tahap pertama dalam menghafal awali dengan menghafal 1 baris ayat, kemudian 5 baris, 10 baris, 1 halaman, 1 lembar, dan terus meningkat setiap bulannya. Ingatlah untuk tidak menambah hafalan jika belum hafal betul dan belum memurojaahkannya atau mengulang-ulangnya lagi. Target utamanya bukanlah hafal tapi mendapat hikmah dan berkah dari proses menghafal itu sendiri, dan hikmah tidak akan didapat dengan terburu-buru. Untuk menguatkan hafalan boleh dengan mengeraskan suara (asal tau tempat dan tau waktu, jangan mengeraskan bacaan dimasjid apalagi ketika ada yang sedang sholat) karena itu meningkatkan semangat dan menghilagkan kantuk, tambah juga pada saat qiamullail, karena waktu tersebut adalah waktu yang paling tenang dan khusyu’. Tartillah dalam membaca, tidak cepat tidak lambat tapi tepat sesuai tajwid. Perkuat hafalan juga dengan menuliskan hafalan 5, 10, atau lebih untuk lebih mengikat hafalan. Melazimi adab-adab penghafal, memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan, menjauhi hal yang sia-sia.
Menghafal dapat dilakukan siapapun yang memiliki kemauan meskipun ia belum lancer membaca Al-Quran atau belum faham betul hokum tajwid. Seperti halnya anak-anak dan orang yang terlampau tua untuk belajar, menghafal dapat dilakukan siapa saja. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode talaqqi atau dituntun oleh ustadz atau ustadzah dengan bacaan yang benar dan ditirukan oleh penghafal. Gaya belajar seperti ini dikenal sebagai gaya belajar auditori, yang lebih menekankan merekam dan mengingat melalui mendengar. Rosulullah Salallahu Alaihi Wassalam mendapatkan wahyu juga dengan ditalaqqi oleh Jibril Alaihi Salam megingat Rosul kita tidak mengenal huruf atau tidak bisa membaca. Dan sekali lagi, jangan terburu-buru, jangan melihat orang lain dalam menghafal, tugas kita hanya berusaha sekeras mungkin dan hasinya serahkan kepada Allah. Jangan minder meskipun proses kita lebih lama dari yang lain, karena boleh jadi dari proses tersebut kita mendapat pahala yang lebih dari yang lain.
3.        MEMAHAMI
Menjadi kewajiban setiap muslim dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Begitu pula ilmu Qur’an yang mana Al Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam. Kita dapat belajar memahami isi Al Qur’an dengan membaca makna, tafsir, dan asbabunnuzul melalui kitab-kitab hadist dan pendapat para ulama. Dengan begitu kita dapat mengetahui kedudukan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, Al Qur’ansebagai sebaik-baiknya teman, mempelajarinya dapat mengokohkan hati, menghilangkan keraguan, dan memberikan solusi atas setiap permasalahan karena ia adalah Kalam Allah. Dengan mempelajari Al Qur’an kita juga dapat mengetahui hukum-hukum yang tetap dalam Islam, hukum yang ushul terkait aqidah, menunjukkan hal-hal yang wajib kita prioritaskan dalam hidup sehingga jelas misi kita yaitu untuk menggapai syurgaNya.
4.        MENTADABURI
Berinteraksilah dengan Al Qur’an seolah-olah Al Qur’an itu nasehat untuk diri kita. Merenungi setiap apa yang kita baca dengan penuh kekhusyu’an. Tadabur adalah salah satu media hati agar memiliki rasa  takut kepada Allah. Dengan tadabur ilmu menjadi berkah dan hikmah. Tadabur sendiri merupakan proses merenungi isi Al Qur’an melalui makna dan tafsirnya. Merenungi maksud dan makna ayat untuk diresapi dalam hati dan menjadikannya sebagai evaluasi diri, juga petunjuk bagi kehidupan. Yang pada akhirnya dalam tadabur dapat membantu kita untuk memperbaiki diri, meningkatkan keimanan, dan penghambaan kita kepada Allah. Karena fungsi diturunkannya Al Qur’an bukan hanya untuk dibaca, namun untuk perbaikan aqidah dan akhlak manusia.
5.        MENGAMALKAN
Ilmu tanpa amal adalah pincang, sedangkan amal tanpa imu adalah buta. Perumpamaan dari kehidupan yang jauh dari Al Quran adalah berjalan dijalan yang amat gelap tanpa membawa lentera, sehingga iya pasti tersesat atau celaka. Sedangkan seorang yang mempelajari Al Qur’an namun tidak mengamalkannya adalah seperti orang yang terombang-ambing ditengah lautan sedang dayung dan kapal yang ia naiki tidak berarti apa-apa dan tidak pula menolongnya. Yang berati sama dengan meninggalkan Al Qur’an orang yang tidak mengamalkan Al Qur’an padahal ia membaca, mengetahui, dan mengerti.
Melaksanakan dan mengamalkan hukum-hukum Al Qur’an yang merupakan hukum Allah merupakan keharusan bagi setiap muslim. Utamanya bagi ahlu Qur’an, yang mempelajarinya, yang menghafalnya. Jangan sampai menghafal Qur’an, belajar Qur’an namun tidak melaksanakan hukum-hukum Al Qur’an. Lebih baik seseorang yang tidak menghafal ayat namun melaksanakannya dari pada menghafal namun meninggalkan apa yang dihafal. Akan tetapi akan lebih baik lagi jika menghafal ayat namun juga melaksanakannya. Agar sempurna ilmu dan amal yang dilakukan. Namun bukan berarti hal ini menjadi alasan untuk enggan belajar dan menghafal karena takut tidak melaksanakan. Segala hal dalam hidup ini adalah proses memperbaiki dan menuju lebih baik, jika untuk melangkah mengetahui ilmu saja enggan bagaimana bisa bergerak dan mengamalkan. Karenanya suatu keharusan untuk kita terus berusaha dan terus belajar, untuk memahami, mentadaburi, dan mengamalkan hukum-hukum Al Qur’an. Karena Allah akan murka kepada ahlu Qur’an yang lalai dari hukum Al Qur’an, meskipun dalammembaca hukum tajwidnya benar.
Mengamalkan isi dari Al Quran juga merupakan bentuk menjaga hafalan. Tidak dipungkiri bahwa salah satu ujian bagi penghafal Qur’an adalah melanggar hukum-hukum Al Qur’an itu sendiri, dan itu dapat menjadi penyebab hilangnya apa yang dihafal dan hilangnya rahmat Allah. Dalam mengamalkannya hendaknya kita berhukum dengan hukum Al Qur’an untuk segala yang ada pada kehidupan kita. Wajib mengamalkan hukum yang jelas dan menjauhi hukum yang samara tau syubhat. Dalam berhukum pilihlah hadist yang sahih berdasarkan pendapat yang paling kuat dari para sahabat, tabi’ut tabi’in, dan imam empat madzab. Jika belum cukup ilmu alangkah baiknya hanya memilih salah satu madzab saja dan bergurulah kepada para ustadz dan ulama dalam mencari pendapat yang sahih. Ingatlah dalam memilih guru lihatlah kedekatan guru tersebut dengan Rosulullah Salallahu Alaihi Wassalam, yang dimaksud disini bukanlah dari jalur nasab namun dari kedekatannya dengan sunnah Rosulullah Salallahu Alaihi Wassalam, yang mengikuti dan menjalankan sunnah Nabi Salallahu Alaihi Wassalam. Kehati-hatian adalah hal yang sangat perlu dalam mengambil agama, jangan sampai kita menjadi seorang yang bodoh dalam kesesatan, karenanya selektif dalam memilih pendapat dan mengambil kesimpulan dari sesuatu yang belum tentu kita mengerti. Karena Al Qur’an dapat menuntun ke syurga dan juga dapat mendorong ke neraka. Barang siapa menjadikan Al Qur’an di depannya maka Al Qur’an akan menuntunnya ke syurga dan barang siapa menjadikan Al Qur’an di belakangnya maka Al Qur’an akan mendorongnya ke syurga. Menjadikan Al Qur’an didepan berarti menjadikannya sebagai imam yang menuntun setiap perilaku dan langkah hidupnya, sedangkan menjadikan Al Qur’an dibelakang berarti ia mengambil dalil Al Qur’an sebagai pembenar atau mencari pembenaran dari dalil yang belum tentu benar secara pemahaman. Semoga kita dijauhkan dari yang demikian, karena yang dicari adalah kemuliaan dimata Allah bukan pemuliaan oleh makhluk.

***

Menggapai Istiqomah

Menggapai Istiqomah
Manfaatkan hidup kita untuk terus belajar dan mengamalkan Al Qur’an
Karena dalam Al Qur’an ada kesempurnaan agama
Belajarnya adalah selamanya dan mengamalkannya adalah seterusnya
Karena kelak kita ditanya untuk apa kita habiskan umur kita
Jangan sampai kita merugi dan menjadi orang yang bodoh ilmu Al Qur’an
Kebodohan karena tidak pernah berusaha mencari dan mempelajarinya
Dan jangan sampai kita menjadi rugi karena fasik
Yang mengetahui ilmu namun enggan mengamalkannya

Kunci dari keistiqomahan adalah kesungguhan dan ikhlas karena Allah. Dan ini menjadi hal yang wajib ada pada setiap penuntut ilmu utamanya ahlu Qur’an.  Seseorang yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan apa yang ia upayakan dengan kesungguhannya itu. Allah berjanji dalam firmanNya “Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik” (Q.S. Al Isra’ : 19). Jika penghafal bersungguh-sungguh dalam menghafal apa yang ingin dia hafal, pasti ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan asalkan kesungguhan itu ada dan disertai keikhlasan karena Allah. Karena niat kesungguhan yang tidak disertai keikhlasan karena Allah akan mudah runtuh bila diterpa ujian yang datang dari pandangan makhluk. Untuk itu landasi segala usaha dengan sungguh-sungguh dan ikhlas karena berharap kepada Allah semata.
Berusaha dengan sungguh-sungguh artinya bersemangat dengan tekad kuat dalam mencapai tujuan. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sampai-sampai akan menyesal jika waktunya habis tanpa upaya mencapai tujuan. Rela mengorbankan yang berharga seperti waktu, tenaga, bahkan peluang emaspun akan dilepas dalam mencapai tujuan. Penuntut ilmu adalah seorang yang sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara, karena apa yang keluar dari dirinya bukanlah untuk kesia-siaan. Selalu kuat dan percaya akan pertolongan Allah dalam melewati segala tantangan. Gemar bermuhasabah, mengevaluasi usaha dan hasil yang diraih untuk terus berusaha memperbaiki hingga tercapai apa yang dituju. Mandiri dan tidak terpengaruh dengan lingkungan yang tidak mendukung tujuan, juga menjauhkan diri dari hal-hal yang mungkar, seperti bohong, sombong, iri, dan penyakit hati lainnya. Waspada terhadap apa-apa yang dapat menghancurkan usahanya dalam menggapai ridha Allah, utamanya kesombongan yang dapat menghancurkan semua amal. Menyadari bahwa penuntut ilmu, penghafal Al Qur’an akan selalu menemui banyak godaan, karena itu diperlukan hati yang kuat, bersungguh-sungguh, sabar, ikhlas, dan hati yang lapang. Selalu memperhatikan segala celah dosa yaitu makanan dan pergaulan, memperhatikan kehalalan dan menjaga pergaulan adalah prioritas seorang penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh.

Kesungguhan dan keihklasan adalah sesuatu yang amat berharga, dan mengistiqomahkannya bukanlah hal yang mudah. Namun wajib bagi kita untuk terus berupaya bertahan dalam keistiqomahan dalam kebaikan. Mempertahankan kesungguhan artinya selalu meluruskan niat, niat yang lurus ikhlas hanya karena Allah dan untuk Allah segala yang kita lakukan. Memperbanyak doa agar Allah menjaga hati kita tetap ikhlas dan agar Allah menjadikan kita sebagai orang yang selalu istiqomah dijalan Nya. Selalu mengingat Allah sebagai tempat kembali, kematian bisa datang kapan saja dan merugilah kita jika pergi dalam keadaan meninggalkan kebaikan. Lakukan dengan skala prioritas yang jelas agar kita jauh dari hal yang sia-sia. Bergaul dengan teman yang bersungguh-sungguh dan berpindah dari lingkungan yang tidak mendukung kebaikan yang kita lakukan. Selalu berkumpul dengan orang soleh dan meminta nasihat darinya agar terus dalam keistiqomahan. Jadikan setiap langkah hidupmu sebagai langkah yang membawa berkah, kalau bukan untuk orang lain, paling tidak untuk dirimu sendiri.